30 Agustus 2008

Jangan Lupakan Agustus

Agustus segera berakhir, tak terasa bulan kemerdekaan kita akan kita lewati sebentar lagi. Rasa nasionalisme pun silih berganti datang dan pergi. Namun tak seharusnya rasa ini harus pergi. Jangan hanya karena ini bulan agustus, rasa nasionalisme bangkit bahkan sampai berlebihan. Namun, bisa hilang tanpa jejak setelah bulan agustus. Mengejutkan memang tapi beitulah kenyataanya. Seharusnya rasa nasionalisme ini tetap ada dalam diri kita masing-masing. Tak peduli ini bulan apa, tahun berapa, ada dimana kita, kita tetap harus menjunjung dan meng aplikasikan rasa nasionalisme kita.

Karena itu, bangsa kita bisa terus berkembang dan berkembang. semoga ini bisa menjadi penutup di bulan kemerdekaan kita, sekaligus pembuka semangat baru di bulan-bulan berikutnya. Karena, kita bisa ...!!!

AYO BANGKIT BANGSAKU....!!!!

29 Agustus 2008

Semangat Para Pahlawan

Salam Menggelegar...

Ga kerasa udah hampir 2 minggu kita ngelewati peringatan HUT RI, dan seperti yang dapat kita lihat keadaan di setiap kota sudah mulai kembali normal seperti biasa.

Hmm...

Namun apa salahnya kita tetap selalu mengenang semangat para pejuang yang telah mengorbankan nyawanya untuk merebut kemerdekaan bangsa kita.
Sekarang penulis ingin mengajak para pembaca semuanya untuk mengenang perjuangan Ki Hadjar Dewantara.
Pasti udah pada tahu semuakan kalau beliau adalah salah satu tokoh besar yang memperjuangkan pendidikan bagi para cendekiawan-cendekiawan saat itu.
Tanpa beliau mungkin kita semua tidak akan dapat merasakan nikmatnya ilmu yang telah kita dapatkan sampai saat ini.
Oleh karena itulah sudah sepantasnyalah kita semua lebih sungguh-sungguh dalam belajar agar kita semua dapat menjadi pemimpin bangsa yang baik dan membawa Indonesia bangkit dari keterpurukan dan menjadikan Indonesia pantas bersanding dengan negara-negara yang maju saat ini.

Salam Menggelegar

28 Agustus 2008

Mengenang Peristiwa Kebangkitan Nasional ( Part III )

Peringatan 100 Tahun Kebangkitan Nasional

Tanggal 20 Mei 2008 tepat seratus tahun kita merayakan Kebangkitan Nasional. Peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-100 tahun ini menjadi momentum untuk menuju Kebangkitan Indonesia. Momentum ini ditandai dengan berbagai kegiatan dan aktifitas yang dilakukan oleh pemerintah bersama seluruh komponen bangsa.
Melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 5 tanggal 25 Februari 2008 telah dibentuk Panitia Nasional Peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional, sebagai Ketua telah ditunjuk Menteri Sekretaris Negara Bpk. Hatta Rajasa, Wakil Ketua Menteri Komunikasi dan Informatika Bpk. Muhammad Nuh, Ketua Harian Bpk. Chairul Tanjung dan Wakil Ketua Harian Bpk. Ishadi SK.
Panitia Nasional bertugas mengadakan persiapan penyelenggaraan peringatan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional dengan melakukan kerjasama dengan berbagai departemen, lembaga pemerintah non departemen, pemerintah daerah, instansi pemerintah lainnya dan pihak lain yang dianggap perlu. Mempersiapkan pedoman dan petunjuk yang diperlukan untuk kegiatan tingkat pusat, tingkat daerah dan di lingkungan masyarakat. Menggerakkan semua komponen bangsa untuk berperan serta dalam penyelenggaraan kegiatan yang berkaitan dengan peringatan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional.
Visi dari Peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional adalah meningkatkan kesadaran berbangsa, menguatkan jati diri, dan bergerak menuju bangsa maju di dunia. Adapun misinya, menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran dan semangat juang masyarakat. Memperkuat kepribadian bangsa, memperkokoh nilai-nilai budaya bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebanggaan nasional. Mempertebal (memperkuat) jiwa persatuan dan kesatuan bangsa dalam mewujudkan Indonesia yang damai (peace), adil (justice) demokratis (democracy).
Rangkaian kegiatan peringatan diawali dengan “Pagelaran Peringatan 100 Tahun Kebangkitan Nasional Indonesia” yang akan dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2008 di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan Jakarta. Pada saat itu Presiden Republik Indonesia akan mencanangkan tahun Kebangkitan Indonesia dengan slogan “Indonesia Bisa!” dan Logo resmi yang telah ditetapkan.
Slogan dan Logo 100 tahun Kebangkitan Nasional diharapkan dapat ditayangkan oleh seluruh media televisi dan cetak, seluruh penerbitan dokumen resmi pemerintah dan dapat dipasang oleh setiap instansi / organisasi masyarakat yang melaksanakan kegiatan peringatan Hari Kebangkitan Nasional.
Logo Peringatan 100 tahun Kebangkitan memiliki makna sesuai dengan visi dan misinya. Tiga bendera melambangkan tiga visi dan misi, huruf “Indonesia” yang berwarna merah melambangkan “tekad” dan “keberanian”, huruf “Bisa” berwarna hitam melambangkan “ketegasan”.
Kegiatan utama peringatan Hari Kebangkitan Nasional juga ditandai dengan :
Pagelaran peringatan Kebangkitan Nasonal Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan Jakarta pada tanggal, 20 Mei 2008.
Penayangan PSA (Public Service Announcement) di seluruh stasiun televisi nasional maupun lokal, RRI & PRSSNI, media cetak dan media luar ruang.
Kunjungan Presiden RI ke seluruh propinsi untuk mengikuti kegiatan nasional di masing-masing propinsi.
Segenap rangkaian kegiatan Kebangkitan Nasional selama setahun di seluruh wilayah Indonesia yang diselenggarakan oleh masyarakat maupun instansi pemerintah dan swasta di kota-kota besar hingga desa-desa.

27 Agustus 2008

Mengenang Peristiwa Kebangkitan Nasional ( Part II )

Berbagai peristiwa yang terjadi saat hari kebangkitan nasional 20 Mei 2008( PartII)

Pagelaran Peringatan 100 Tahun Kebangkitan Nasional Indonesia

Sebuah pagelaran akbar dan kolosal dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2008, pukul 19.00-21.30 WIB dalam rangka memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional Indonesia. Acara ini melibatkan tiga puluh ribu pendukung acara dari seluruh penjuru tanah air.

Pagelaran ini merupakan rangkaian cerita yang akan menjadi cermin wajah Indonesia yang optimis. Mulai dari menggugah kesadaran berbangsa, Nasionalisme melalui simbol Bendera dan juga lagu kebangsaan Indonesia Raya. Dikemas dalam sebuah komposisi pertunjukan yang indah tapi juga berwibawa.

Mengingatkan kembali akan jati diri kita sebagai bangsa yang besar. Bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, bahasa, dan agama bersatu dalam sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Rangkaian kesenian dari Sabang sampai Merauke berpadu dalam Harmoni Nusantara, dirangkai dengan atraksi langsung dari TNI, POLRI, dan ribuan pendekar Pencak Silat. Simbol dari komitmen TNI, POLRI dan masyarakat untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Suatu perpaduan yang membuat bangsa Indonesia bisa tegak berdiri di tengah masyarakat dunia.

Tidak sekedar bangga, tapi bangsa Indonesia perlu bersyukur atas anugerah Yang Maha Kuasa. Bahwa kekayaan yang kita miliki harus dimanfaatkan secara optimal. Harus menjadi pecutan agar semua potensi bangsa bisa membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju. Ikrar anak bangsa untuk Belajar, Bekerja, dan Berjuang adalah penentunya. Simbol ini akan digambarkan oleh berbagai komposisi tarian yang dibawakan oleh ratusan penari.

100 tahun Kebangkitan Nasional mengingatkan kembali bahwa bangsa ini pernah bangkit untuk menjadi bangsa yang merdeka. 100 tahun Kebangkitan Nasional juga menjadi titik tonggak bangkitnya bangsa Indonesia untuk bergerak menuju bangsa yang maju. Presiden Republik Indonesia akan mencanangkan program Kebangkitan Indonesia selama 1 tahun (20 Mei 2008 “ 20 Mei 2009) dengan slogan Indonesia Bisa!

Sebagai awal dari rangkaian program Kebangkitan Indonesia, pagelaran ini akan menggugah rasa bangga segenap rakyat Indonesia yang menyaksikan, bangga menjadi bangsa Indonesia yang besar dan memiliki tekad besar untuk menjadi bagian dari perjuangan baru untuk masa depan bangsa yang lebih baik.


Peringatan 100 Tahun Kebangkitan Nasional

Tanggal 20 Mei 2008 tepat seratus tahun kita merayakan Kebangkitan Nasional. Peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-100 tahun ini menjadi momentum untuk menuju Kebangkitan Indonesia. Momentum ini ditandai dengan berbagai kegiatan dan aktifitas yang dilakukan oleh pemerintah bersama seluruh komponen bangsa.

Melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 5 tanggal 25 Februari 2008 telah dibentuk Panitia Nasional Peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional, sebagai Ketua telah ditunjuk Menteri Sekretaris Negara Bpk. Hatta Rajasa, Wakil Ketua Menteri Komunikasi dan Informatika Bpk. Muhammad Nuh, Ketua Harian Bpk. Chairul Tanjung dan Wakil Ketua Harian Bpk. Ishadi SK.
Panitia Nasional bertugas mengadakan persiapan penyelenggaraan peringatan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional dengan melakukan kerjasama dengan berbagai departemen, lembaga pemerintah non departemen, pemerintah daerah, instansi pemerintah lainnya dan pihak lain yang dianggap perlu. Mempersiapkan pedoman dan petunjuk yang diperlukan untuk kegiatan tingkat pusat, tingkat daerah dan di lingkungan masyarakat. Menggerakkan semua komponen bangsa untuk berperan serta dalam penyelenggaraan kegiatan yang berkaitan dengan peringatan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional.

Visi dari Peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional adalah meningkatkan kesadaran berbangsa, menguatkan jati diri, dan bergerak menuju bangsa maju di dunia. Adapun misinya, menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran dan semangat juang masyarakat. Memperkuat kepribadian bangsa, memperkokoh nilai-nilai budaya bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebanggaan nasional. Mempertebal (memperkuat) jiwa persatuan dan kesatuan bangsa dalam mewujudkan Indonesia yang damai (peace), adil (justice) demokratis (democracy).

Rangkaian kegiatan peringatan diawali dengan Pagelaran Peringatan 100 Tahun Kebangkitan Nasional Indonesia yang akan dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2008 di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan Jakarta. Pada saat itu Presiden Republik Indonesia akan mencanangkan tahun Kebangkitan Indonesia dengan slogan Indonesia Bisa! dan Logo resmi yang telah ditetapkan.

Slogan dan Logo 100 tahun Kebangkitan Nasional diharapkan dapat ditayangkan oleh seluruh media televisi dan cetak, seluruh penerbitan dokumen resmi pemerintah dan dapat dipasang oleh setiap instansi / organisasi masyarakat yang melaksanakan kegiatan peringatan Hari Kebangkitan Nasional.

Logo Peringatan 100 tahun Kebangkitan memiliki makna sesuai dengan visi dan misinya. Tiga bendera melambangkan tiga visi dan misi, huruf Indonesia yang berwarna merah melambangkan tekad dan keberanian, huruf Bisa berwarna hitam melambangkan ketegasan.

Kegiatan utama peringatan Hari Kebangkitan Nasional juga ditandai dengan :

1. Pagelaran peringatan Kebangkitan Nasonal Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan Jakarta pada tanggal, 20 Mei 2008.
2. Penayangan PSA (Public Service Announcement) di seluruh stasiun televisi nasional maupun lokal, RRI & PRSSNI, media cetak dan media luar ruang.
3. Kunjungan Presiden RI ke seluruh propinsi untuk mengikuti kegiatan nasional di masing-masing propinsi.
4. Segenap rangkaian kegiatan Kebangkitan Nasional selama setahun di seluruh wilayah Indonesia yang diselenggarakan oleh masyarakat maupun instansi pemerintah dan swasta di kota-kota besar hingga desa-desa.

Mengenang Peristiwa Kebangkitan Nasional ( Part I )

Berbagai peristiwa yang terjadi saat hari kebangkitan nasional 20 Mei 2008( Part I)

Memperingati 100 Tahun Harkitnas, Masyarakat Indonesia Di Swedia Gelar Dialog Interaktif
Dalam rangka 100 Tahun Harkitnas, yang juga bertepatan dengan Peringatan 80 Tahun Sumpah Pemuda dan 10 Tahun Reformasi, KBRI Stockholm pada tanggal 25 Mei 2008 mengadakan Dialog Interaktif bertema ”Retrospeksi Dan Tantangan Ke Depan.”
Dialog ini ditujukan untuk memberikan sumbangan pikiran kepada Pemerintah dan masyarakat Indonesia di tanah air pada umumnya untuk terus maju ditengah situasi ekonomi dunia yang semakin tidak menentu dan arus globalisasi.
Dialog diikuti oleh masyarakat Indonesia dari Stockholm maupun sekitarnya, seperti Göteborg dan Umeå yang berjarak lebih dari 800 km dari ibukota Swedia dan dibuka oleh Dubes LBBP RI untuk Swedia Linggawaty Hakim. Para peserta dialog interaktif Harkitnas di Stockholm. (M. Pakuwibowo)
Para pembicara pada dialog ini terdiri dari 3 orang yang mewakili beberapa kelompok masyarakat Indonesia yaitu Tom Ilyas dari Stockholm mewakili kelompok masyarakat seminar, Abram Perdana mahasiswa Phd dari Chalmers Univ. di Göteborg mewakili kelompok mahasiswa dan masyarakat Indonesia di pantai barat Swedia, dan Dr. Trisasi Lestari, mahasiswa Phd Kesehatan Masyarakat di Univ. Umeå Swedia belahan utara. Bertindak sebagai Moderator adalah Konselor Politik KBRI Stockholm Endang Wirawan.
Dialog ini menyepakati beberapa hal, diantaranya:
1.Saat ini, adanya keterbukaan informasi sehingga publik dapat memonitor secara langsung pelaksanaan kebijakan pemerintah maupun penggunaan dana APBN misalnya yang diperuntukkan pendidikan.
2.Era ini memungkinkan masyarakat semakin terbuka dalam mengkritisi proses jalannya pemerintahan dan pembangunan.
3.Kebijakan luar negeri Indonesia perlu terus dilandasi kekuatan diplomasi. Indonesia hendaknya tidak hanya dilihat sebagai sebuah negara dengan berbagai persoalan tetapi juga sebuah negara yang mempunyai banyak peluang untuk dikembangkan.
4. Diperlukan suatu kebijakan yang dapat lebih banyak memikat para lulusan sekolah di luar negeri untuk kembali ke tanah air dan membangun Indonesia yang lebih maju. Salah satunya adalah penetapan UU Dwi Kewarganegaraan yang tidak dibatasi oleh faktor usia.
5. Perlu dilakukan aksi kongkrit dari setiap WNRI, baik di dalam maupun di luar negeri sebagai kontribusi nyata bagi kemajuan bangsa.Masyarakat Indonesia di Swedia akan terus saling bekerjasama dan mengembangkan jejaring kerja dengan mitra mereka di Indonesia dalam upaya untuk terus memberikan sumbangan berarti kepada bangsa Indonesia termasuk meng”encourage” para intelektual (lulusan Univ. di Swedia) agar kembali ke tanah air dan bersama-sama membangun Indonesia untuk lebih maju. Indonesia Bisa!!
KBRI Stockholm akan terus menyelenggarakan Dialog Interaktif dengan masyarakat Indonesia di Swedia dalam upaya berkomunikasi secara terbuka diantara semua bangsa Indonesia di luar negeri mengenai berbagai perkembangan di dalam negeri. Diharapkan melalui Dialog semacam ini masyarakat Indonesia di Swedia dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pembangunan nasional Indonesia.(Sumber: Situs KBRI Stockholm-Swedia,
SatuDunia, Jakarta. Kegiatan pisah-sambut dan orasi politik 100 tahun Kebangkitan Nasional di YTKI, Minggu (18/5), menyerukan agar Indonesia merdeka dari utang dan penjajahan baru.
________________________________________________
Kegiatan itu dilaksanakan untuk memperingati seratus tahun kebangkitan nasional sekaligus serah terima kepengurusan Koalisi Anti Utang yang sebelumnya di jabat oleh Kusfiardi dan sekarang digantikan oleh Dani Setiawan.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh sekitar seratus undangan serta diisi dengan orasi dari beberapa tokoh. Mereka yang memberikan orasi politik antara lain, Syamsul Hadi (pengajar FISIP UI), Henry Saragih (Ketua Federasi Serikat Petani Indonesia), Anwar 'sastro' Ma'ruf (Koordiator Aliansi Buruh Menggugat), Mashadi (Forum Umat Islam), Chalid Muhammad (Tokoh Kaum Muda), dan Ray Rangkuti (Lingkar Madani).
Dalam orasi politiknya Ketua Koalisi Anti Utang periode 2008-2012, Dani Setiawan mengatakan, bahwa semangat kebangkitan nasional harus menjadi tonggak perlawanan untuk membebaskan bangsa Indonesia dari jerat utang luar negeri. Pasca proklamasi kemerdekan negara-negara Imperialis tidak menginginkan Indonesia untuk merdeka. Agresi militer Belanda di awal-awal kemerdekaan menunjukan bahwa pihak penjajah tidak merelakan Indonesia sepenuhnya merdeka. Hingga akhirnya, lewat Konferensi Meja Bundar (KMB) mereka berhasil memaksa Indonesia untuk membayar rampasan perang dan menanggung warisan utang luar negeri pemerintah Hindia Belanda, masing-masing sebesar US$2,5 milyar dan US$4 milyar.
Hingga hari ini praktek penjajahan tersebut terus berlangsung. Lewat Lembaga keuangan internasional yang mendorong kebijakan deregulasi guna memperkokoh liberalisasi ekonomi di Indonesia melalui transaksi utang luar negeri. Termasuk membuka sektor-sektor strategis, seperti pertambangan dan kehutanan bagi masuknya investasi asing. Pada akhirnya, kondisi tersebut telah berakibat terjadinya praktek de-nasionalisasi ekonomi.
Kuatnya arus de-nasionalisasi ekonomi telah membentuk kembali susunan ekonomi Indonesia di bawah dominasi korporasi asing yang saat ini menguasai 85,4% konsesi pertambangan migas, 70% kepemilikan saham di Bursa Efek Jakarta, dan lebih dari separuh (50%) kepemilikan perbankan di Indonesia (FRI, 2007).
Hingga kini 85,4 persen dari 137 konsesi pengelolaan lapangan migas di Indonesia masih dikuasai oleh korporasi asing, yang juga menduduki 10 besar produsen migas di Indonesia. Chevron Pacific (AS) berada di urutan pertama diikuti Conoco Phillips (AS), Total Indonesie (Prancis), China National Offshore Oil Corporation (Tiongkok), Petrochina (Tiongkok), Korea Development Company (Korea Selatan), dan Chevron Company (Petro Energy, 2007).
Disamping itu program restrukturisasi utang pemerintah juga tidak mampu melepaskan bangsa ini dari jerat utang. Setiap tahun sebanyak 40% Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dihabiskan untuk pembayaran cicilan pokok dan bunga utang luar negeri. hal ini membuat anggaran negara gagal menjalankan fungsinya sebagai instrumen untuk memenuhi kebutuhan hak dasar rakyat, seperti pendidikan dan kesehatan. Demi menjamin kelangsungan pembayaran utang, pemerintah bahkan merancang agenda pemiskinan rakyat dengan cara mengurangi alokasi subsidi hingga 0,3% secara bertahap hingga 2009.
Saat ini, jumlah utang luar negeri kita mencapai US$ 136,640 miliar (2007) dengan posisi pembayaran cicilan pokok dan bunga setiap tahunnya dalam APBN mencapai Rp. 90 trilyun. Beban utang luar negeri ini akan terus menghantui perekonomian Indonesia di masa yang akan datang jika pemerintah tidak berani menegosiasikan penghapusan utang.
Tepat hari ini pula, sepuluh tahun lalu negara maju yang tergabung dalam G8 berkomitmen untuk menghapus utang negara miskin. Namun realisasinya masih jauh dari harapan. Dari komitmen penghapusan utang sebesar US$100 miliar sampai hari ini hanya terealisasi sebesar US$88 miliar (World Bank, 2007). Sedangkan untuk setiap US$1 hibah yang diberikan pada negara miskin, mereka harus mengembalikan sebesar US$5 dalam bentuk pembayaran utang. Stok utang negara-negara selatan mencapai US$2,7 trilyun dan setiap harinya harus membayar utang sebesar US$100 miliar. Dari total stok utang tersebut sejumlah US$500 miliar termasuk dalam kategori utang haram (odious debt) yang diberikan kreditor kepada rezim diktator termasuk di Indonesia pada masa orde baru (jubilee debt campaign, 2008).
Jika argumentasi pemerintah tidak bisa menghapus utang sesuai dengan ketentuan Bank Dunia dan IMF karena Indonesia tidak termasuk dalam kategori negara berpenghasilan rendah. Penghapusan utang haram (odius debt) tidak terkait dengan kategori tersebut. Utang haram adalah utang yang diberikan oleh kreditor pada rezim diktator yang menindas rakyat seperti Indonesia pada masa orde baru. Utang tersebut wajib dimintakan penghapusan utang dan beban pembayarannya harus tidak dibebankan pada rakyat.
Selain itu, penghapusan utang dapat dimulai dengan membatalkan komitmen utang luar negeri yang belum dicairkan senilai US$203,75 miliar. Pembatalan tersebut berkorelasi dengan penghentian kewajiban pemerintah, untuk membayar biaya komitmen atas utang yang belum dicairkan. Berdasarkan perhitungan Koalisi Anti Utang sampai tahun 2005, jumlah yang belum dicairkan itu mencapai lebih dari US$24 miliar. Penghapusan utang juga harus mencakup proyek-proyek utang luar negeri yang rusak akibat bencana alam dan tidak bisa digunakan karena salah perencanaan dan tidak sesuai dengan kebutuhan rakyat.
Sejalan dengan itu, Koalisi Anti Utang mendesak kepada pemerintah untuk melakukan audit utang luar negeri secara komprehensif dan transparan. Langkah tersebut dilakukan untuk mengetahui secara pasti berapa sesungguhnya utang luar negeri yang harus dibayar dan mana yang justeru menjadi tanggungan pihak kreditor sebagai bentuk tanggung jawab atas kesalahannya sendiri.
Audit utang harus membongkar semua perjanjian utang luar negeri kepada pihak kreditor, baik dari aspek persyaratan yang menyertainya maupun pembayaran utang luar negeri.
Audit utang luar negeri diperlukan untuk membuka kepada masyarakat luas bahwa proyek utang luar negeri selama ini tidak memberikan manfaat ekonomi yang besar dan berkelanjutan. Justeru, biaya yang harus ditanggung oleh rakyat akibat kerusakan sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, serta pembayaran pokok dan bunga jauh lebih besar.

26 Agustus 2008

ELPIJI...????PUSINKKK

Saat ini pemerintah sedang gencar-gencarnya mengkampanyekan konversi kompor minyak tanah menjadi kompor gas. Namun saat ini justru gas yang dimaksud pemerintah untuk menghemat minyak tanah justru “MENGHILANG”.
Kemanakah gas itu saat ini ? Apakah ada permainan antara Agen dengan Distributor?
Bahkan sepengetahuan penulis harga gas selalu naik 5.000 rupiah perbulan dan akan terus naik hingga harga satu kilonya menjadi 13.000 rupiah. Mungkin bagi orang-orang yang berduit itu tidak masalah namun bagaimana dengan keluarga yang kurang mampu, keluarga yang mendapatkan konversi minyak tanah ke gas? Mereka pasti akan merasakan kenaikan yang sangat mencekik perekonomian mereka. Belum lagi ditambah semua harga-harga kebutuhan pokok yang meningkat justru membuat sebagian warga Indonesia merasa resah.

“Dimanakah tanggung jawab kalian wahai pemerintah?”
“Bukankah kalian yang mengusulkan semua ini?”

Semoga saja diumurnya yang ke 63 Bangsa Indonesia dapat kembali memperbaiki perekonomian warganya dan menambah lapangan pekerjaan untuk mengurangi jumlah pengangguran yang ada di Indonesia. Apabila pengangguran tidak ada penulis yakin bahwa tidak akan ada lagi tindak kriminal di Negara kita ini.

Mari bersama kita dukung para pemimpin bangsa kita agar Negara kita dapat kembali mengharumkan namanya sebagai Negara yang Bermartabat, Terhormat, dan tidak dapat dianggap remeh oleh Negara-negara lain.

Ayo Bangkit Bangsaku

“Salam Menggelegar”

25 Agustus 2008

Merdeka Bukan Hanya Perayaan

Puluhan tahun sudah bangsa kita merdeka, namun peristiwa 17 agustus tidak lagi diperingati secara khidmat atau selayaknya sebagai peristiwa yang penting dalam sejarah bangsa.

Bagi kakek-kakek dan orang tua kita yang hidup pada masa-masa pemerintahan Bung Karno, saat-saat mereka berjuang bersama untuk meraih kemerdekaan. Pasti perayaan 17 agustus setiap tahunnya selalu mengingatkan mereka akan semangat mereka yang berkobar, Bukankah sudah sepantasnya kita sebagai generasi muda dari bangsa Indonesia mulai berusaha untuk merayakan pelaksanaan HUT RI ini dengan penuh khidmat?
Mungkin akan lebih baik disela-sela acara lomba-lomba dan kegiatan-kegiatan dalam rangka HUT bangsa kita, kita melaksanakan renungan akbar, pemutaran film dokumenter tentang perjuangan para pahlawan, dan berbagai macam kegiatan yang bertujuan untuk mengingatkan kita akan usaha dan kerja keras dari para pejuang-pejuang bangsa kita.
Kemerdekaan bangsa kita tidak kita raih dengan mudah, tapi dengan perjuangan yang berat, banyak sekali nyawa-nyawa yang menjadi tumbal dalam memperebutkan kemerdekaan bangsa kita ini, banyak barang-barang inventaris Negara yang dirusak dan masih banyak lagi yang telah bangsa kita korbankan untuk mendapatkan kemerdekaan bangsa kita.
Sedikit perjuangan yang penulis kutib untuk membuka mata hati kita bersama :

Tanggal 16 Agustus 1945
Hari itu para pemimpin bangsa kita disekap oleh golongan muda yang menginginkan Proklamasi dikumndangkan secepatnya. Namun para pemimpin bangsa kita tetap bersikukuh untuk menunggu Jepang untuk memproklamirkan kemerdekaan bangsa kita. Namun para pemuda saat itu sudah tidak bodoh. Mereka tidak menyerah begitu saja, mereka yakin apabila mereka menunggu Jepang berarti sama saja kemerdekaan bangsa kita merupakan pemberian dari Jepang, para kaum muda yang mendengar peristiwa kekalahan Jepang terhadap sekutu. Mereka pun sadar bahwa apabila mereka tidak merdeka sekarang maka pihak sekutu akan mengambil alih bangsa kita dan mulai menyengsarakan bangsa kita…

Ya itulah sedikit yang penulis ketahui.
Maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa usaha mereka ( kaum muda ) dalam meraih kemerdekaan sangat berperan penting. Dan usaha kita sebagai generasi muda sekarang juga berperan pentung untuk mengisi kemerdekaan bangsa ini dengan khidmat dan penuh suka cita.
Jadi mulai saat ini HUT RI bukan perayaannya yang penting, tapi makna mengenang perjuangan merekalah yang penting.

Marilah bersama kita renungkan perjuangan para pahlawan kita agar bangsa kita bisa bangkit mulai dari saat ini


Salam Menggelegar

24 Agustus 2008

Indahnya Kotaku disaat HUT RI

Minggu, 24 Agustus 2008

Yupz, hari ini tepat seminggu sudah kita melewati ulang tahun bangsa kita ini dan berarti umur bangsa kita sudah 63 tahun lewat 7 hari.
Hampir disetiap RT di kota Balikpapan mengadakan puncak dari perayaan HUT RI yang ke 63.
Pagi ini disetiap sudut kota, tidak hanya di kampung-kampung, bahkan dibeberapa komplek di kota ini melakukan jalan santai. Pemandangan kota pagi ini menjadi sangat indah, Jalan-jalan utama yang biasanya dipadati dengan kendaraan bermotor terlihat lengang, kita akan melihat betapa besarnya antusias warga kota, mungkin bisa dibilang “Jogging Akbar Kota Balikpapan”. Jogging ini membuka mati hati penulis dan membuat penulis berfikir betapa indahnya kebersamaan yang dimiliki oleh bangsa kita ini, hal inilah yang merupakan salah satu senjata terhebat bangsa kita dalam merebut kemerdekaan dari tangan para penjajah. Saat matahari mulai meninggi warga-warga kota mulai kembali kerumah masing-masing, memulai kegiatan masing-masing dan jalanan mulai kembali dipadati oleh kendaraan bermotor. Saat matahari mulai menurun, para warga kota kembali memulai kegiatan untuk mempersiapkan acara puncak di kampung dan komplek masing-masing. Saat penulis menuju tempat les. Penulis melihat dan mendengar alunan musik-musik pop bernuansa dangdut alias elektone serta para warga mulai dari yang tua hingga yang muda sedang berjoget-joget ria menikmati puncak hari kemerdekaan bangsa kita. Acara yang berlangsung semalam suntuk ini merupakan salah satu gambaran akan perasaan seluruh masyarakat Indonesia kita Proklamasi dikumandangkan.
MERDEKA…MERDEKA…NERDEKA…

Ayo bangsaku kita bisa melakukan perubahan besar dan kembali mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya, sama seperti 63 tahun yang lalu.

Salam Menggelegar

Permohonan Maaf Penulis

Hai para pembaca…
Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya karena sudah 2 hari tidak melakukan update diblog ini. Sungguh hal itu bukan karena keinginan penulis. Tapi dikarena 2 hari kemarin penulis harus menginap disekolah untuk mempersiapkan puncak acara kemerdekaan bangsa kita dan persiapan untuk melepaskan jabaran sebagai pengurus osis disekolah.
Tapi tenang aja, penulis akan kembali untuk memberikan info-info yang menarik dan tentunya masih dalam lingkungan Hari Kebangkitan Nasional dan Kemerdekaan Republik Indonesia sampai semua hal-hal menarik habis kita kupas.
Sungguh Tema tentang HARKITNAS dan HUT RI ini sangat menarik untuk kita kupas, karena sangat dekat sekali alias familier dengan kita sebagai bangsa Indonesia.
Jadi buat para netter yang punya usul, ide, dan topic yang layak kita kupas jangan ragu tinggalin aja komentar diblog ini dan kita akan bahas sampai tuntas..tas…tas…tas…

-Salam menggelegar-

dHaNa_bHebeg

21 Agustus 2008

Semangat Para Pejuang

Salam Menggelegar.

Hari ini adalah hari kedua sekolah penulis mengadakan lomba 17an.
Berbagai macam kegiatan kami lakukan untuk menyambut HUT RI yang ke 63 ini.
Mulai dari Upacara hari minggu yang lalu dan lomba-lomba selama seminggu ini dan akan diakhiri pada Puncak acara “Amazing School Party” sebagai serangkaian acara dalam rangka menyemarakkan HUT RI yang ke 63 tahun ini.

Mungkin hampir semua sekolah pasti mengadakan event seperti ini untuk menyambut HUT Negara kita. Ya mungkin inilah salah satu cara yang umum digunakan oleh para pelajar untuk menyambut dan mengisi hari ulang tahun bangsa kita. Namun ada satu hal yang sangat penting dan sangat sering terlupakan sehingga tidak dilaksanakan oleh sebagian besar masyarakat kita.

Apa itu…??

Sebagian besar dari kita, bahkan diri penulis sendiri tidak luput dari hal itu.
“ KITA TIDAK MERENUNGKAN USAHA YANG TELAH PARA PAHLAWAN LAKUKAN UNTUK MEREBUT KEMERDEKAAN DARI TANGAN PENJAJAH”

Anggukan kepala anda bila anda memang sering melupakan hal di atas.





Ya itulah mungkin yang masih harus perbaiki, tidak salah sebenarnya dan justru merupakan hal yang bagus kita mengisi HUT Negara kita dengan berbagai macam event-event. Namun kita tetap harus meluangkan setidaknya 15 menit dari waktu kita untuk mengingat-ingat usaha mereka, para pahlawan yang gugur untuk merebut kemerdekaan bangsa ini.

Sebagai pelajar kita harus mencontoh hal-hal positif dari para pahlawan kita :
Contohnya Bung Tomo.
Beliau adalah salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam pertempuran di Surabaya, semangat beliau tersohor diseluruh negeri. Semangat beliau dapat kita contoh dalam kehidupan kita sehari-hari dan disekolah. Apabila kita menerapkan itu dalam kehidupan kita, maka kita dapat meraih kesuksesan kita. Bayangkan apabila kita bersemangat dalam belajar, maka pelajaran itu pasti akan terasa mudah dan dapat dicerna dengan cepat oleh otak kita. Kita bersemangat dalam menjaga kebersihan lingkungan kita. Pasti kota kita akan bersih dan kita dapat meringankan beban dari para pasukan kuning yang telah berjasa banyak menjaga kebersihan kota ini.
Oleh karena itu saudaraku sebangsa dan setanah air marilah bersama-sama kita tiru sifat-sifat positif dari para pahlawan kita dahulu demi tercapainya Indonesia Emas 2020

Apa Kata Mereka

Apa yang bisa dimaknai oleh bangsa Indonesia mengenai seratus tahun Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas)?
Saya kira yang harus diambil dari semangat Budi Utomo adalah bahwa titik sejarah yang mereka mulai itu. Mereka berorganisasi secara modern setelah sebelumnya selalu kalah karena selalu mengedepankan kesukuan. Maka, ketika mereka menggunakan rasionalitas dan organisasi modern, dan penggeraknya adalah para intelektual, kemudian memperjuangkan jalan panjang yang dinamakan kemerdekaan.
Apa yang bisa kita petik dari gerakan Budi Utomo pada masa itu?
Perjuangan mereka menemukan dua kata kunci, yakni pendidikan dan kesehatan. Kalau kita melihat hasil dari generasi 1908 adalah generasi 1928, di mana generasi pada masa itu berhasil menyatukan kebhinnekaan dalam sebuah kredo atau visi, yaitu bangsa yang bersatu hanya mungkin dengan Sumpah Pemuda.
Dengan kata lain, gerakan kebangkitan nasional pada masa itu bekerja dalam kesadaran yang sama, yaitu membuka akses masyarakat pada pendidikan dan budaya modern. Kaum intelegensi dan pergerakan ketika itu menyadari bahwa hanya dengan modal pendidikan dan budaya modernlah bangsa ini bisa dipersiapkan untuk menjadi bangsa yang mandiri dan merdeka.
Hasilnya terwujud pada 1928 (Sumpah Pemuda) dan Proklamasi Kemerdekaan 1945. Bung Karno dan Bung Hatta yang menjadi proklamator adalah produk terbaik dari proses pendidikan dan budaya modern yang menjadi spirit kebangkitan nasional awal abad ke-20 itu.
Bagaimana dengan konteks kekinian?
Ketika kita meninggalkan apa yang sudah dirintis oleh generasi Budi Utomo soal pendidikan, pemartabatan dan kesehatan, kita karut-marut semua. Sekarang ini, kita tidak melakukan humanisasi dalam pendidikan, kita terpuruk betul! Bahkan bangsa ini telah kehilangan rasa ketulusan untuk berkorban.
Jelasnya seperti apa?
Kita ambil contoh, pendidikan di kedokteran. Karena sistem ekonomisasi, di mana pendidikan kedokteran begitu mahal, maka orang yang masuk fakultas kedokteran semacam investasi. Sehingga, nanti ketika dia jadi dokter, maka dia harus mengembalikan seluruh biaya kuliahnya. Ini juga sama dengan orang yang mau masuk masuk tentara, polisi, atau birokrasi, tidak ada semangat mengabdi kepada kepentingan bangsa.
Menurut Anda, apa yang menjadi faktor penghalang munculnya semangat kebangkitan dalam suatu bangsa?
Menurut saya, ada empat musuh konteks kalau kita memberi makna kebangkitan nasional. Pertama, estetisasi, yakni sebuah cara pencitraan untuk mengindah-indahkan, padahal aslinya semu. Jadi, semacam pembentukan citra yang mau menutupi permasalahan di masyarakat, lewat tampilan di media yang seolah-olah tidak ada persoalan, padahal kondisinya amburadul.
Kedua, politisasi, di mana keindonesian yang hanya berpikir secara politis belaka, hanya cari uang lewat partai politik. Ketiga, ekonomisasi, ketika uang atau kapital dan munculnya pereduksian manusia Indonesia yang hanya dilihat dari segi uang dan pencarian ekonomis belaka. Dan yang keempat adalah fundamentalisasi, ketika kebhinnekaan dikotak-kotakkan dan kita tidak toleran lagi dalam perbedaan, sehingga kita masuk dalam fundamental isme atau agama.
Bagaimana upaya untuk membereskannya?
Ini hanya akan beres kalau kita melakukan humanisasi. Artinya bahwa kita harus keluar dari kekangan mentalitas yang membuat kita tidak merdeka, tidak bersikap adigang, adigung, adiguno, yang berkuasa seenaknya dan kita juga harus menganggap bahwa politik itu adalah amanah. Tapi, dalam kondisi saat ini mentalitas kita masih feodal, yang masih mau tunduk-tunduk serta tidak berdaulat dalam sumber daya alam kita sendiri, malah tunduk terhadap kolonialisme baru. Ini tragis sekali.
Soal kebangkitan politik bagaimana?
Generasi politik kita juga sudah kehilangan arah. Kelemahannya ada ketika kita membuat strukturalisasi untuk mewujudkan demokrasi itu sendiri, karena salah satu syarat demokrasi adalah partai politik. Selama orang masih mencari makan di partai politik, selama itu pula perpolitikan di Indonesia untuk demokrasi tidak akan beres. Yang kedua, parpol yang kita andaikan sebagai penyalur aspirasi rakyat, ternyata rakyat hanya digunakan sebagai tangga. Lalu ketika parpol itu sudah di atas, anak tangga itu ditendang lagi.
Apa yang harus dilakukan oleh bangsa Indonesia saat ini?
Hal terpenting yang harus kita lakukan saat ini adalah menemukan kembali Indonesia. Kegagalan gerakan kebangkitan nasional di masa lalu karena sifatnya yang sporadis atau terpecah, mistis, dan kesukuan, lalu Budi Utomo berhasil mentransformasikan menjadi gerakan kebangkitan nasional yang modern, rasional, dan bersatu. Muaranya pun jelas: tujuan bersama meraih kemerdekaan bangsa.
Belajar dari sejarah, momentum seratus tahun kebangkitan nasional sekarang ini bisa juga kita jadikan sebagai spirit untuk merajut kembali kebersamaan dengan melupakan kepentingan kelompok atau golongan. Kalau kita tidak melakukan itu sekarang, 20 atau 30 tahun ke depan kita tidak akan menyaksikan perubahan besar apa pun. Kita juga akan tetap menjadi bangsa yang kerdil dan terkucil dalam pergaulan dunia.***

"Dikutip oleh Bhebeg_Jantan"

20 Agustus 2008

Ayo Bercermin Dengan Sejarah

Maaf ya para pembaca,kemarin saya tidak sempat update blog ini karena harus ngelembur mempersiapkan pensi sekolah saya.
Buat yang tertarik datang aja langsung ke SMA 2 Balikpapan, 23 Agustus 2008. Acaranya dijamin seru karena ada Band-Band Indie Balikpapan yang baru-baru ini me-Launching album religi mereka.

Langsung aja kalau gitu.
Hari ini penulis ingin membuka pikiran para pembaca mengenai keadaan Indonesia saat ini.
Mungkin sebagian besar warga bangsa kita saat ini tengah berfikir bahwa kita sedang berada dalam krisis ekonomi yang berkepanjangan. Memang saya akui dan tidak dapat dipungkiri bahwa bangsa kita memang sedang mengalami krisis ekonomi, tapi marilah bersama kita berkaca pada sejarah. Dahulu Negara kita juga pernah mengalami krisis ekonomi bahkan lebih dahsyat dari saat ini. Dahulu kita bias dibilang sebagai “ Pembantu dirumah Sendiri”, bagaimana tidak semua harta Negara kita,semua kekayaan alam Negara kita dikuras habis oleh para penjajah, namun bangsa kita masih dapat bangkit dan pernah mengalami keberhasilan dalam bidang ekonomi.
Mengapa kita tidak?
Bukankah zaman sudah maju? Pendidikan para pemimpin kita sudah berkualitas! Namun mengapa kita belum dapat bangkit?
Tanyakan pada diri kita masing-masing dan kita akan mengetahui apa jawabannya.

Mungkin IMAN yang masih kurang di hati kita.

Sebagai seorang pelajar dalam tulisan saya kali ini saya mengajak seluruh warga Indonesia dan khususnya para pelajar untuk bercermin dengan sejarah. Mari kita bercermin akan pendidikan seratus tahun yang lalu dengan yang sekarang.

100 tahun yang lalu untuk mengenyam sebuah pendidikan itu sangat susah bahkan hampir tidak mungkin bagi anak yang berasal dari keluarga kurang mampu. Tapi karena niat mereka yang sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu banyak sekali pemuda-pemuda cendikiawan yang berhasil dalam membangun dan merebut kemerdekaan bangsa kita. Saat itu tidak pernah terlintas difikiran mereka akan duduk di sekolahan yang megah seperti yang kita tempati sekarang, tidak pernah mereka berfikir akan ruangan AC, Meja yang bagus,dan semua fasilitas-fasilitas yang dapat kita jumpai disekolah kita masing-masing. Marilah kita renungkan bersama. Saat ini kita semua ( hampir semua anak Indonesia) dapat bersekolah dengan baik, dengan semua fasilitas yang memadai. Namun mengapa kita semua tidak dapat membuat bangsa kita untuk bangkit? Apa yang sudah kita lakukan untuk bangsa kita ini? Bahkan mungkin ada yang belum melakukan apa-apa untuk bangsa kita ini. Mari bersama-sama kita buka hati kita, lihatlah semua perjuangan kaum muda 100 tahun yang lalu. Saat ini kita sudah merdeka selama 63 tahun, suatu perjalanan panjang yang bangsa kita sudah lalui. Banyak perubahan yang positif dan juga banyak perubahan negatif yang telah dialami oleh bangsa kita ini. Semua perubahan yang positif mari kita terus kembangkan dan semua yang negatif mari bersama-sama kita rubah menjadi sesuatu yang lebih positif.
Mari bersama-sama kita satukan niat kita untuk belajar dengan sungguh-sungguh 10 tahun kagi kitalah yang akan memimpin bangsa ini. Mari kita bawa Indonesia ini menjadi sebuah Negara maju dan menjadi penguasa dalam Negara sendiri. Jadikan Negara kita “Tuan dirumah Sendiri”.

Tetap Semangat…
Bangkit Indonesiaku…… Bangkit
Jaya Indonesiaku………. Jaya

Wir sind the beste?
Wir sin the beste Indonesia

18 Agustus 2008

Nyaris Saja...

Wah hamper aja lupa untuk update blog hari ini…
Habis sibug banget,kaki aja rasanya hampir lepas,karena hari ini tadi ada pameran IPTEK,Ke ULTAH TEMAN,Ada seleksi pengurus OSIS baru,dLL.
Untungnya selalu ada yang kasih penulis support
Hmm,saat penulis sedang menulis artikel ini tangga; 18 Agustus 2008 tepat pukul 22.00 WITA.

Sudah sehari ya kita ngelewatin hari ulang tahun kebangsaan Negara kita. Walaupun udah lewat sehari tapi suasana kemerdekaan masih kerasa banget. Hampir disemua kampong dan komplek dikotaku ini mengadakan lomba-lomba 17an.
Tentu sudah ga asing lagi khan ditelinga kita tentang lomba 17an…
Mulai dari memasukan paku dalam botol,ngisi air dalam botol,makan kerupuk,ampe kelas yang paling bergengsi alias panjat pinang.

Hmm,
Berhubung masih suasana kemerdekaan,penulis ingin meminta pendapat para pembaca mengenai hari kemerdekaan. Pertanyaannya simple aja.

“ Menurut kalian apa arti merdeka itu?” Jawaban kalian bisa langsung kalian tinggalin di komntar u/ artikel ini. Saya tunggu ya.

Sebelumnya penulis ingin ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya ama K’Pras yang udah kasih aku inspirasi untuk nulis artikel yang ini.

Hmm,ini ada beberapa versi mengenai kemerdekaan.

Menurut para orang tua :
Merdeka itu apabila anak-anak mereka udah pada kerja, sukses, punya penghasilan sendiri, udah menikah.

Menurut para guru :
Merdeka itu apabila semua masyarakat Indonesia udah terlepas dari kebodohan,udah pada bisa baca tulis semua, udah pada jadi pemimpin semua.

Menurut para pembantu :
Merdeka itu saat pembantu udah jadi majikan

Menurut para Pelajar :
Merdeka itu setelah bebas dari ulangan, PR, tugas-tugas, DLL aLias LULUS

Kalau menurutku :
Merdeka itu saat diriku udah menggapai kebebasan Finansial, udah bisa bahagian ortu dan hidup bahagia dunia akhirat.

Bagaimana dengan anda??

Buruan posting jawaban kalian yaw…

Salam Menggelegar

17 Agustus 2008

17 Agustus tahun 45..
itulah hari kemerdekaan kita...


Yesss
Hari ini Indonesia genap berusia 63 tahunn..

Hmm,,
Tugas ku dalam HUT Ri udah beres,,,
Sekarang tinggal Update bLog daCh..
hehehe

Hmm,
Sahabatku semuanya,sebangsa dan setanah air...
Nyok baReng-barenk kita renungkan dalam diri kita masing-masing tentang keadaan bangsa kita saat ini...

Umur bangsa kita sudah semakin tua,
dan alhamdulillah sudah mulai terangkat nama bangsa kita dalam kancah dunia Internasional,selain itu para tikus0tikus bangsa kita sudah mulai ditangkapi satu persatu.
Semoga saja bangsa kita dapat memerdekakan diri dari hutang-hutangnya dan menjadi negara maju yang mampu menguasai dunia ini..
Amieennn
(ya ntuw mah haRapan penulis)
hehehe

Marilah bersama-sama kita mengisi kemerdekaan ini dengan sebaik-baiknya.
Kita tingkatkan semangat kita dalam bekerja dan belajar..
Kita meriahkan acara-acara di kampung dan komplek kita.
Yah pokoke kita isi sajalah kemerdekaan ini dengan sebaik mungkin dan jangan sampai kita nodai kemerdekaan ini dengan hal-hal yang negatif...





Ayo Bangsaku Kita Maju Bersama Untuk Menggapai Indonesia Emas 2020
Amienn..


SALAM MENGGELEGAR

16 Agustus 2008

MerDeka...!!!

Wah hari ini terakhir latihan padsu...
besok udah mau pengibaran....
hehehehe


Semoga saja cuaca besok akan cerah,agar upacara dapat diselenggarakan dan makna dari hari ulang tahun negara kita semakin terasa,
Besok negara kita genap berusia 63 tahun,sebuah perjalanan panjang dari bangsa kita ini.Semakin tua umur negara kita ini,semakin banyak juga tantangan yang kita hadapi,mulai dari harga BBM yang terus menaik sampai dengan korupsi dimana-mana...

ya semoga saja setelah ulang tahunnya yang ke-63 ini masalah-masalah dinegara kita ini akan semakin berkurang dan hutang-hutang negara kita dapat dilunasi secepatnya...


Salam menggelegar

ALL aBout Budi Utomo

Budi Utomo didirikan oleh mahasiswa STOVIA dengan pelopor pendiri Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Sutomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang bertujuan untuk memajukan Bangsa Indonesia, meningkatkan martabat bangsa dan membangkitkan Kesadaran Nasional. Tanggal 20 Mei 1908 biasa diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional Indonesia.
Sebagai suatu organisasi yang baik, Budi Utomo memberikan usulan kepada pemerintah Hidia Belanda sebagai mana berikut ini :
1. Meninggikan tingkat pengajaran di sekolah guru baik guru bumi putera maupun sekolah priyayi.
2. Memberi beasiswa bagi orang-orang bumi putera.
3. Menyediakan lebih banyak tempat pada sekolah pertanian.
4. Izin pendirian sekolah desa untuk Budi Utomo.
5. Mengadakan sekolah VAK / kejuruan untuk para bumi putera dan para perempuan.
6. Memelihara tingkat pelajaran di sekolah-sekolah dokter jawa.
7. Mendirikan TK / Taman kanak-kanak untuk bumi putera.
8. Memberikan kesempatan bumi putra untuk mengenyam bangku pendidikan di sekolah rendah eropa atau sekolah Tionghoa - Belanda.
Kongres pertama budi utomo diadakan di Yogyakarta pada oktober 1908 untuk mengkonsolidasikan diri dengan membuat keputusan sebagai berikut :
1. Tidak mengadakan kegiatan politik.
2. Bidang utama adalah pendidikan dan kebudayaan.
3. Terbatas wilayah jawa dan madura.
4. Mengangkat R.T. Tirtokusumo yang menjabat sebagai Bupati Karanganyar sebagai ketua.
Pemerintah Hindia-Belanda mengesahkan Budi Utomo sebaga badan hukum yang sah karena dinilai tidak membahayakan, namun tujuan organisasi Budi Utomo tidak maksimal karena banyak hal, yakni :
1. Mengalami kesulitan dinansial
2. Kelurga R.T. Tirtokusumo lebih memperhatikan kepentingan pemerintah kolonial daripada rakyat.
3. Lebih memajukan pendidikan kaum priyayi dibanding rakyat jelata.
4. Keluarga anggota-anggota dari golongan mahasiswa dan pelajar.
5. Bupati-bupati lebih suka mendirikan organisasi masing-masing.
6. Bahasa belanda lebih menjadi prioritas dibandingkan dengan Bahasa Indonesia.
7. pengaruh golongan priyayi yang mementingkan jabatan lebih kuat dibandingkan yang nasionalis.
Keterangan :
Bumi Putera adalah bukan bank atau lembaga keuangan bisnis lainnya, tetapi yang dimaksud dengan bumi putera adalah warga pribumi yang pada zaman dahulu dianggap sebagai warga tingkat rendah dibanding warga ras eropa, cina, arab, dan lain-lainnya.

Mari Maknai Kebangkitan Nasional

Ada satu hal yang sudah selama puluhan tahun tidak menjadi pemikiran banyak orang, yaitu gejala bahwa Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei sudah tidak lagi diperingati secara khidmat atau selayaknya sebagai peristiwa yang penting dalam sejarah bangsa.

Bagi mereka yang masih ingat kepada masa di bawah kepemimpinan Bung Karno, maka akan terasa betapa besar bedanya antara peringatan Hari Kebangkitan Nasional sebelum 1965 dengan pasca-Orde Lama. Peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang diselenggarakan sampai 1965 selalu sarat dengan dikobarkannya semangat untuk menghormati jasa-jasa para perintis kemerdekaan, semangat untuk mempersatukan bangsa, semangat untuk bersama-sama meneruskan revolusi menuju masyarakat adil dan makmur.

Hal ini juga diakui oleh Timbas Tarigan, Ketua Komisi E DPRD Sumut. Saat ini peringatan Kebangkitan Nasional hanya sekadar sebuah seremonial saja, sehingga arti pentingnya kebangkitan nasional terlupakan," terang Timbas Tarigan.

Timbas Tarigan berharap agar momen kebangkitan nasional bukan hanya diperingati secara seremonial belaka, tetapi hendaknya dapat dijadikan sebagai momen introspeksi diri terhadap apa yang telah kita lakukan selama ini.

Sependapat dengan Timbas Tarigan, Ikrimah Hamidi ST Ketua FPKS DPRD Kota Medan mengatakan bahwa momen kebangkitan nasional jangan hanya dijadikan sebagai kegiatan seremonial saja. Menurut Ikrimah Hamidi, hal ini karena negara Indonesia saat ini benar-benar berada dalam kondisi yang sangat kritis.

"Lihat saja keadaanya, korupsi yang semakin parah
, mutu pendidikan yang masih rendah, kemiskinan,… dan sederet persoalan lainnya," papar Ikrimah Hamidi.

Lebih rinci Ikrimah mengungkapkan, saat ini masyarakat sudah banyak kehilangan identitas diri. Seolah-olah nasionalisme itu hanya diartikan sebagai kecintaan terhadap bangsa yang ditunjukkan dengan perayaan-perayaan dan acara seremonial saja. Tetapi sikap nyata untuk membangun bangsa dengan taat hukum, tidak korupsi, menjaga kebersihan, melindungi sesama, memberi toleransi agama dengan kepercayaan masing-masing, tidak diperhatikan sebagai hal mendasar dalam menyikapi nasionalisme

Salah satu faktor kehancuran sebuah bangsa disebabkan oleh moral rakyatnya yang tidak lagi mulia seperti yang pernah diajarkan oleh dr. Sutomo dan kawan-kawannya ketika mendirikan Budi Utomo pada 20 Mei 1908 di Stovia.

"Kehancuran bangsa ini diawali oleh budi pekerti dan moral yang tidak utama dan mulia. Budi Utomo mengajarkan budi pekerti sebagai yang mulia sebagai yang utama," kata Bambang Suprianto, cucu mantu salah satu pendiri Budi Utomo, dr. Suradji Tirtonegoro kepada GudegNet (14/05).

Menurut Bambang, saat ini khususnya generasi muda dan anak-anak tak lagi mengenal tokoh pendiri Budi Utomo. Yang mereka kenal hanyalah dr. Wahidin Sudirohusodo. Padahal, nama Budi Utomo sendiri diusulkan oleh dr. Suradji Tirtonegoro, dan anehnya banyak yang tidak mengenalnya.

"Saat ini, anak muda banyak yang tidak mengenal tokoh-tokoh pendiri Budi Utomo. Dr. Suradji Tirtonegoro, seorang yang mencetuskan nama Budi Utomo pun tidak dikenalnya. Bagaimana mungkin mereka dapat mengetahui ajarannya kalau kenal saja tidak," kata Bambang.

Bambang Suprianto adalah salah satu dari keluarga pendiri Budi Utomo yang 18 Mei nanti akan berziarah ke makam-makam para tokoh Budi Utomo seperti dr. Soeradji Tirtonegoro, dr. Wahidin Sudirohusodo, dr. Rajiman Wedyodiningrat (Mlati), dr. M. Soelaiman (Purworejo), dr. RAA Tirtokusumo (Karanganyar), dr. Goembrek (Dawuhan), dr. Angka (Kabutuh), dr. Gunawan Mangunkusumo serta dr. Cipto Mangunkusumo (Ambarawa


Maka dari itu kita harus mengerti dan memahami benar apa itu Kebangkitan Nasional. Negara kita adalah negara yang kaya. Berarti kita juga harus kaya akan kesadaran bersatu,adil,jujur dan bertanggung jawab.

14 Agustus 2008

KAMPUS STOVIA

KAMPUS STOVIA, Batavia, menjelang Mei 1908. Sejumlah mahasiswa kasak-kusuk hendak membentuk organisasi pergerakan. Mereka prihatin dengan nasib bangsa yang sudah 300 tahun lebih dijajah Belanda. Namun mereka berada di STOVIA (School Tot Opleiding Van Indlandsche Arsten/Sekolah Kedokteran Bumi Putera), sekolah bikinan Belanda dengan staf dosen semuanya Belanda pula. Gerak-gerik mereka pasti diawasi namun niat mereka sudah bulat.
Ide pembentukan organisasi itu telah digodok sekitar setahun, setelah tahun 1907 sejumlah mahasiswa STOVIA, di antaranya R Soetoemo, bertemu dengan Wahidin Soediro Hoesodo, seorang dokter lulusan Sekolah Dokter Jawa (dulu kampusnya terletak dekat Rumah Sakit Militer Weltervreden yang sekarang menjadi RSPAD Gatot Subroto). Wahidin datang ke STOVIA untuk mempropagandakan studifonds (pengumpulan dana bantuan pendidikan dari para priayi Jawa).
Pertemuan dengan Wahidin itu memicu semangat sejumlah mahasiswa untuk melakukan sesuatu bagi bangsanya. Maka, pada 20 Mei 1908 lahirlah organisasi Boedi Uetomo di kampus STOVIA dengan Ketua R Soetoemo, Wakil Ketua M Soelaiman, Sekretaris I Soewarno, Sekretaris II M Goenawan Mangoenkoesoemo, dan Bendahara R Angka.
Munculnya organisasi mahasiswa (pelajar) di sekolah bentukan Belanda itu membuat para dosen gerah. Mereka ingin R Soetoemo dan teman-temannya segera dikeluarkan dari STOVIA. Namun Direktur STOVIA, Dr HF Roll, tidak sepaham dengan mayoritas dosen. Rapat dosen pun digelar dan berlangsung alot karena Roll tetap membela R Soetoemo dan kawannya.
"Apakah di antara tuan-tuan yang hadir di sini tidak ada yang lebih merah (nekad/berani. Red) dari Soetoemo waktu tuan-tuan berumur 18 tahun?" kata Roll dalam rapat itu.
Kalimat pembelaan Roll tampaknya ampuh. Para dosen akhirnya sepakat untuk membiarkan Soetoemo dan rekan-rekannya belajar di STOVIA. Boedi Oetoemo pun dibiarkan berkembang, malah diberi kesempatan untuk mempersiakan konggres pertamanya pada 3-5 Oktober 1908 yang dilangsungkan di Yogyakarta.
Kalimat Roll di atas serta peragaan sidang dosen STOVIA mengenai keberadaan Boedi Oetomo kini menjadi salah satu koleksi Museum Kebangkitan Nasional di Jalan Abdurrahman Saleh Nomor 26, Jakarta Pusat. Museum yang pintu utamanya bergaya neo-klasik itu dulunya merupakan kampus STOVIA, tempat para pendiri Boedi Oetomo belajar.
Kampus berkonsep boarding school itu dibangun mulai tahun 1889 sampai 1901 di atas lahan seluas 15.742 meter. Gedung itu mulai digunakan sebagai kampus STOVIA dari tahun 1902 sampai 1925. Para mahasiswanya diharuskan tinggal di asrama sampai selesai sekolah. Maka, selain ruang kelas dan laboratorium, di dalamnya ada asrama, tempat olah raga, kantin, dapur, dan aula.
STOVIA merupakan perkembangan dari Sekolah Dokter Jawa. HF Roll, saat menjabat sebagai direktur Sekolah Dokter Jawa, mengusulkan ke pemerintah Belanda agar menyelengggarakan pendidikan kedokteran yang dapat disetarakan dengan pendidikan kedokteran yang ada di Eropa (Belanda). Dari usalan Roll itu munculah STOVIA.
Sementara Sekolah Dokter Jawa bermula ketika sekitar tahun 1850 di daerah Banyumas, Jawa Tengah, terjadi wabah penyakit. Karena jumlah tenaga medis terbatas, pemerintah Belanda merasa kewalahan. Berdasarkan kondisi itu, Belanda bermaksud mendirikan sebuah tempat untuk mendidik para pemuda yang cakap sebagai vaksinator (juru suntik).
Beda dengan Sekolah Dokter Jawa yang hanya menerima siswa dari Jawa, STOVIA menerima siswa dari berbagai daerah di Nusantara. Lama pendidikan tiga tahun, kemudian belajar kedokteran sembilan hingga 10 tahun. Para pelajar yang diterima masuk Stovia adalah lulusan Europeesche Legere School (ELS) atau sederajat.
STOVIA berkembang pesat sampai kemudian terasa tidak memadai lagi sebagai tempat pendidikan calon dokter. Maka, mulai tahun 1920 secara bertahap pendidikan STOVIA di daerah Kwini, Senen, dipindahkan ke Salemba (sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia atau UI yang kemudian menjadi cikal-bakal lahirnya UI). Setelah kegiatan pendidikan STOVIA akhirnya semua terpusat di Salemba, kampus STOVIA yang lama sejak tahun 1926 digunakan untuk tempat pendidikan MULO dan AMS (sekarang setingkat SMP dan SMU) serta untuk Sekolah Asisten Apoteker.
Pada masa pendudukan Jepang, 1942-1954, gedung itu dipakai untuk menampung tentara Belanda yang menjadi tawanan perang Jepang. Setelah Indonesia merdeka, mulai tahun 1945 - 1973, gedung itu dihuni bekas keluarga tentara Belanda dan orang-orang Ambon.
Karena nilai sejarah yang dimiliki gedung itu, yaitu berkaitan dengan kelahiran Boedi Oetoemo pada 20 Mei 1908 yang sejak tahun 1948 ditetapkan sebagai hari Kebangkitan Nasional maka pada tahun 1973 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memugar gedung tersebut dan pada 20 Mei 1974 meresmikannya sebagai Gedung Kebangkitan Nasional. Para penghuninya dipindahkan.
Selanjutnya, komplek gedung berbentuk segi empat tersebut dijadikan empat buah museum yaitu Museum Budi Utomo, Museum Wanita, Museum Pers dan Museum Kesehatan sampai akhirnya pada 7 Februari 1984 menjadi Museum Kebangkitan Nasional.
Total koleksi museum itu saat ini sebanyak 2.042 buah berupa bangunan, mebel, jam dinding, gantungan lonceng, perlengkapan kesehatan, pakaian, senjata, foto, lukisan, patung, diorama, peta/maket/sketsa, dan miniatur. Koleksi-koleksi yang semuanya berkaitan dengan benda-benda bersejarah pergerakan nasional sampai dengan Indonesia merdeka itu dipajang di sejumlah ruang pamer, antara lain di ruang awal pergerakan, ruang kesadaran nasional, dan ruan pergerakan, dan ruang memorial Boedi Oetomo.
Kondisi museum itu terbilang cukup terpelihara. Komposisi bangunan masih seperti ketika pertama kali STOVIA mulai beroperasi.
Sayang, museum yang sekarang dikelola Departemen Pariwisara dan Kebubayaan sepi pengujung. Setahun rata-rata hanya ada 15 ribu pengunjung. "Umumnya pelajar yang datang berombongan," Kata Kasie Koleksi dan Bimbingan Edukasi museum itu, Isnudi, Rabu (16/7).
Padahal harga tiket masuknya murah, hanya Rp 750 untuk dewasa dan Rp 250 untuk anak-anak. Selain menikmati koleksi, halaman tengah museum yang lumayan lapang serta dipenuhi pohon peneduh pun bisa buat duduk santai atau sekadar relaksasi. Museum memang belum menjadi tujuan wisata yang diminati di negeri ini.
Tahun ini, tepat 100 tahun berdirinya Boedi Oetomo yang kemudian dijadikan tonggak kebangkitan nasional, kebangkitan Indonesia sebagai nation. Semoga saja semangat nasionalisme yang dikobarkan para pendiri Boedi Oetomo terus berdampak hingga kini demi Indonesia yang lebih maju. Nasionalisme sesungguhnya tidak kenal kata selesai atau tuntas, nasionalisme selalu berproses atau 'menjadi'.

Hut RI I'm Comming

Wah ga kerasa minggu ini kita bakal memperingati HUT RI yang ke-63…

Hmm,semakin tua umur bangsa kita,tapi kog malah makin hancur yaw…

Ya mungkin masyarakatnya saja yang masih kurang sadar bahwa betapa beratnya perjuangan para Pahlawan kita untuk merebut kemerdekaan ini,setelah dijajah Belanda selama 3,5 abad dan kembali dijajah oleh Jepang selama 3,5 tahun,bahkan semua perjuangan dalam mengisi kemerdekaan itu sendiri.Mulai dari pembangunan,pendidikan,dan yang lainnya.

Sebagai seorang pelajar saya ingin mengupas sedikit tentang dunia pendidikan.

Bayangkan betapa gigihnya usaha dari para kaum muda ( para mahasiswa kedokteran STOVIA yang merupakan pelopor gerakan muda ) untung memperjuangkan kemerdekaan bangsa kita,karena merekalah banyak warga pribumi yang dapat merasakan nikmatnya bersekolah. Dari sedikit sejarah yang saya ketahui di atas, saya menyimpulkan bahwa betapa pentingnya sebuah pendidikan demi kemajuan suatu Negara, bahkan dalam UUD Negara kita tertulis bahwa anggaran yang disiapkan pemerintah untuk dunia pendidikan adalah 20% dari APBN,namun nyatanya saat ini pemerintah hanya mengucurkan anggaran sebesar 15% untuk dunia pendidikan.

Saya berfikir seandainya pemerintah berani mengambil langkah untuk menaikan anggaran dalam dunia pendidikan dan mengorbankan sedikit anggaran dibidang yang lain, bayangkan perubahan besar yang akan terjadi beberapa tahun kemudian. Maka akan tercipta bibit-bibit unggul dari Indonesia.

Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar. Sudah jelas terdapat banyak calon cendikiawan-cendikiawan yang berkualitas,hanya saja banyak diantara mereka yang terbentur dengan biaya pendidikan yang luar biasa bertambah tinggi setiap tahunnya.

Oleh karena itu sudah saatnya bangsa kita untuk bangkit,sudah saatnya kita berjuang untuk kemajuan bangsa kita….

Mari kita isi HUT RI yang ke 63 ini dengan penuh tanggung jawab dan jadikan sebagai hari untuk merenungi nasib bangsa kita.

Wah ga kerasa minggu ini kita bakal memperingati HUT RI yang ke-63…

Hmm,semakin tua umur bangsa kita,tapi kog malah makin hancur yaw…

Ya mungkin masyarakatnya saja yang masih kurang sadar bahwa betapa beratnya perjuangan para Pahlawan kita untuk merebut kemerdekaan ini,setelah dijajah Belanda selama 3,5 abad dan kembali dijajah oleh Jepang selama 3,5 tahun,bahkan semua perjuangan dalam mengisi kemerdekaan itu sendiri.Mulai dari pembangunan,pendidikan,dan yang lainnya.

Sebagai seorang pelajar saya ingin mengupas sedikit tentang dunia pendidikan.

Bayangkan betapa gigihnya usaha dari para kaum muda ( para mahasiswa kedokteran STOVIA yang merupakan pelopor gerakan muda ) untung memperjuangkan kemerdekaan bangsa kita,karena merekalah banyak warga pribumi yang dapat merasakan nikmatnya bersekolah. Dari sedikit sejarah yang saya ketahui di atas, saya menyimpulkan bahwa betapa pentingnya sebuah pendidikan demi kemajuan suatu Negara, bahkan dalam UUD Negara kita tertulis bahwa anggaran yang disiapkan pemerintah untuk dunia pendidikan adalah 20% dari APBN,namun nyatanya saat ini pemerintah hanya mengucurkan anggaran sebesar 15% untuk dunia pendidikan.

Saya berfikir seandainya pemerintah berani mengambil langkah untuk menaikan anggaran dalam dunia pendidikan dan mengorbankan sedikit anggaran dibidang yang lain, bayangkan perubahan besar yang akan terjadi beberapa tahun kemudian. Maka akan tercipta bibit-bibit unggul dari Indonesia.

Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar. Sudah jelas terdapat banyak calon cendikiawan-cendikiawan yang berkualitas,hanya saja banyak diantara mereka yang terbentur dengan biaya pendidikan yang luar biasa bertambah tinggi setiap tahunnya.

Oleh karena itu sudah saatnya bangsa kita untuk bangkit,sudah saatnya kita berjuang untuk kemajuan bangsa kita….

Mari kita isi HUT RI yang ke 63 ini dengan penuh tanggung jawab dan jadikan sebagai hari untuk merenungi nasib bangsa kita.

13 Agustus 2008

Kebangkitan Nasional dalam TI dan Pendidikan

Bagi masyarakat Indonesia, 100 tahun Kebangkitan Nasional memiliki makna yang dalam. Semangat yang ditandai dengan berdirinya organisasi pemuda Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908, merupakan masa bangkitnya semangat kesadaran persatuan, kesatuan, dan nasionalisme serta untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Hal ini merupakan memontum yang tepat bagaimana kita menyikapi peristiwa ini dengan adanya penawaran yang “menggiurkan” dari pihak Microsoft, yaitu bantuan piranti lunak gratis “free” untuk digunakan siswa di sekolah-sekolah di Indonesia. Tawaran baik dari pihak Microsoft perlu ditelaah dari manfaat apa yang diambil serta dampak untuk masa depan genarasi muda Bangsa Indonesia.

Saat ini, komputer untuk dunia pendidikan khususnya di sekolah-sekolah digunakan untuk kegiatan belajar mengajar serta untuk pengelolaan administrasi sekolah. Siswa dapat belajar bagaimana menggunakan perangkat lunak untuk membuat dan mengetik suatu dokumen, database, bahan presentasi sampai dengan mendisain gambar. Di sisi lain, siswa juga dapat menggunakannya untuk mendukung kegiatan mata pelajaran lain dengan mencari informasi tambahan di dunia nyata dengan menggunakan aplikasi web browser. Penggunaan komputer perlu dikuasai oleh para siswa/siswi dalam mengakses bahan-bahan pelajaran yang diinisiasi oleh Program Pengadaan Buku Teks Pelajaran Murah yang baru-baru ini diluncurkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Untuk sekolah tingkatan SMA/SMK, penguasaan ilmu komputer bukan hanya diperuntukan sebagai pengguna saja akan tetapi pemanfaatannya digunakan untuk membuat atau mengembangkan perangkat lunak tertentu.

Pada saat ini, pengelolaan administrasi sekolah perlu dilakukan dengan cepat, aman dan tepat. Pengelolaan administrasi sekolah tersebut meliputi data organisasi guru dan siswa, manajemen keuangan, pengelolaan program mata pelajaran, pengelolaan absensi dan nilai akademik, sarana dan prasarana dan lain-lain.

Untuk mengoperasikan komputer tersebut dibutuhkan perangkat lunak berupa sistem operasi dan aplikasi yang “berjalan” di atasnya. Sistem operasi sebagai “otak” komputer berfungsi untuk mengatur berbagai perintah dasar menjalankan bermacam peralatan pendukung, seperti layar, papan ketik, mouse dan sebagainya, termasuk menjalankan satu atau beberapa perangkat lunak lainnya seperti pengolah kata, membuat tabel, program untuk menggambar, mengirim e-mail; browser web, dan lain-lain.

Untuk mendukung pengoperasian komputer tersebut terdapat dua jenis perangkat lunak yang dikenal, yaitu perangkat lunak proprietary dan perangkat lunak open source. Perangkat lunak proprietary yang disebut juga perangkat lunak sumber tertutup, atau perangkat lunak berbayar, atau perangkat lunak berpemilik yang merupakan perangkat lunak dengan pembatasan terhadap penggunaan, penyalinan, dan modifikasi yang diterapkan oleh pemilik atau pemegang hak. Sedangkan perangkat lunak open source adalah jenis perangkat lunak yang kode sumber nya terbuka sehingga dapat dipelajari, diubah, ditingkatkan dan disebarluaskan.

Dengan adanya piranti lunak gratis tersebut, tentunya akan meringankan pihak pemerintah, terutama pihak sekolah dalam pengadaan perangkat lunak legal. Hal ini sejalan dengan program pemerintah melalui program DeTIKNas dalam legalisasi perangkat lunak yang terus digalakkan saat ini. Siswa dapat menggunakan perangkat lunak legal untuk kegiatan menimba ilmu pengetahuan di sekolah dengan tenang tanpa harus was-was di “sweeping” oleh pihak berwajib, dan yang paling penting adalah menanamkan kesadaran perlunya menghormati hak kekayaan intelektual.

Perangkat lunak open source yang dikembangkan ternyata ttelah memenuhi kebutuhan kegiatan belajar siswa maupun kegiatan pengelolaan sekolah dengan berbagai aplikasi untuk SD sampai SMA dengan materi pelajaran tentang komputer, matematika, kimia, dan fisika. Beberapa perangkat lunak open source karya Bangsa Indonesia telah menawarkan kelebihan tersebut untuk kebutuhan pendidikan, sebut saja perangkat lunak BlankOn Ver 3 atau IGOS Nusantara yang dikembangkan secara terbuka dan bersama-sama yang sangat kental dengan khas Indonesia. Untuk perangkat pengaturan jaringan (gateway dan bandwidth monitoring and management) telah dikembangkan perangkat lunak Depdiknux yang dikembangkan oleh Depdiknas dan telah digunakan untuk keperluan Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas).

Saat ini, penggunaan komputer dengan perangkat lunak sudah menjadi kebutuhan dalam kegiatan siswa untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan sebanyak-banyaknya. Pembekalan pengetahuan dan ketrampilan bagi para siswa dalam pengoperasian komputer seyogyanya menganut kepada prinsip keterbukaan bukan mengarah ke satu sistem tertentu. Siswa harus diberikan kesempatan untuk menimba ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang lengkap dan seimbang dalam penggunaan komputer baik dengan menggunakan open source maupun proprietary. Jangan sampai kita hanya memberikan pengetahuan kepada siswa dari satu sisi teknologi saja atau dengan cara menyajikan “menu yang tersedia” belaka yang akan membatasi pola pikir dan kreasi anak. Ketergantungan akan sistem perangkat lunak ini dapat membentuk mindset terhadap satu perangkat lunak tertentu akan terus dibawa setelah siswa lulus dan terus digunakan untuk bekerja dan yang menjadikan kita kecanduan dan akan tetap terbelenggu oleh satu teknologi saja.

Dengan pemikiran tersebut di atas, marilah kita memiliki kemerdekaan untuk menentukan masa depan bagi keperluan siswa/siswi kita. Berikanlah semua pengetahuan kepada para penerus bangsa tanpa ada pembatasan-pembatasan tertentu. Jangan hanya memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa dengan cara “menggunakan kacamata kuda”. Inilah makna dari kemerdekaan yang mungkin harus kita pilih. Jangan sampai hilang harapan dari arti 100 tahun Kebangkitan Nasional ini.

02 Agustus 2008

REFLEKSI 100 TAHUN KEBANGKITAN NASIONAL



Pada tanggal 19-20 Mei 2008 yang lalu, ESQ mengadakan “Refleksi 100 Tahun Kebangkitan Nasional”. Acara yang bertujuan menyemarakkan Hari Kebangkitan Nasional sekaligus sebagai motivasi bagi bangsa Indonesia untuk Bangkit.
“Refleksi 100 Tahun Kebangkitan Nasional” dilaksanakan di Menara 165 Jl. TB Simatupang Kav 1 Cilandak Timur, Jakarta Selatan.

Acara gerak jalan ESQ yang di targetkan akan dihadiri oleh kurang lebih 10.000 peserta ternyata diluar dugaan dihadiri oleh kurang lebih 20.000 orang dari seluruh indonesia dan dari beberapa negara.

Dari 20.000 orang yang hadir disana terdiri dari para Alumni training ESQ, Non Alumni ESQ, serta tokoh masyarakat. Juga hadir dalam kesempatan tersebut jajaran anggota kabinet antara lain Menteri Perindustrian Fahmi Idris, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Taufiq Effendy, Menteri Pemuda dan Olah raga Adhyaksa Dault, Ketua Umum PP Muhammadiyah Dien Syamsuddin, Wakil Ketua MPR AM Fatwa, serta Sekjen Partai Golkar Soemarsono, yang semuanya adalah alumni pelatihan SDM profesional itu.

Dalam acara ini peserta “Refleksi 100 Tahun Kebangkitan Nasional” tidak hanya berasal dari seluruh Indonesia, tapi juga berdatangan para alumni ESQ yang berasal dari Brunei Darussalam,Malaysia,dan Negara-negara eropa yang pernah menyelenggarakan training ESQ.

Acara ini dibuka oleh Mas Iman beserta mas Ridwan Mukri. Sebagai acara pembuka, para peserta diajak bersama menyanyikan lagu “demi matahari”

Kemudian dilanjutkan dengan ceramah dari Om Ary Ginanjar Agustian,yang berisi sebagai berikut:

“Kami, sekitar 20.000 orang di sini dari sekitar 500.000 seluruh alumni ESQ, mengikrarkan kembali keinginan untuk berpegang pada nilai moral yang kami sebut tujuh budi utama. Hal yang sama bisa juga dilakukan oleh segenap elemen bangsa ini,” kata Ary dalam acara yang juga dihadiri alumni ESQ dari Malaysia, Thailand, Singapura dan Brunei Darussalam itu.

Ary menambahkan ketika para pendiri bangsa berkumpul 100 tahun lalu, yang menjadi keutamaan di masyarakat saat itu adalah kebangsawanan. Setelah ternyata semua itu hanya delusi, keutamaan kemudian beralih kepada intelektualitas. Sesudah era itu berakhir, hedonisme berupa pemujaan akan kekuasaan dan kekayaan, sempat menjadi sesuatu yang dianggap utama.

“Kini, kesadaran kita semua menyatakan yang utama itu adalah manakala kita memegang nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerja sama, adil, serta peduli,” kata Ary.

Dia yakin bila nilai tersebut, yakni kejujuran, dipegang kuat seluruh elemen bangsa, maka Indonesia dapat segera melompat menjadi negara terkemuka.

Sementara itu, Menpora Adhyaksa menyatakan kekagumannya terhadap rangkaian acara yang berlangsung. Adhyaksa juga memberikan nilai tersendiri atas datangnya para alumni ESQ dari berbagai negara.

“Lihat, komitmen moral itu bahkan bisa meluruhkan ego antarbangsa. Seharusnya, dengan komitmen moral, egoisme kesukuan juga bisa kita luruhkan demi kebaikan.”

“Sudah selayaknya sebagai bangsa yang agamais tahu membedakan perbuatan baik yang harus ditingkatkan dan buruk yang harus ditinggalkan. Kalau semua anggota masyarakat mampu menerapkan tujuh Budi Utama maka kondisi negara kita tidak seperti saat ini,” ujarnya ketika membuka rangkaian kegiatan.

Hal senada juga diungkapkan Sugeng Mardyono, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang ikut memberikan sambutan pada kesempatan yang sama. “Kebangkitan nasional harus jadi momentum untuk bangkit dan menerapkan tujuh budi utama dalam kehidupan sehari-sehari, sehingga kita menjadi bangsa yang memiliki keimanan dan ketakwaan tinggi sekaligus menguasai ilmu dan tekhnologi,” ujarnya.

Ya itulah salah satu rangkaian acara dari ESQ LC pusat. Tentunya masih banyak kegiatan lainnya,termasuk di Balikpapan.

-Salam 165-


dHaNa bHebeg's Fan Box

 
Copyright (c) 2010 Journal si bhebeg.