02 Agustus 2008

REFLEKSI 100 TAHUN KEBANGKITAN NASIONAL



Pada tanggal 19-20 Mei 2008 yang lalu, ESQ mengadakan “Refleksi 100 Tahun Kebangkitan Nasional”. Acara yang bertujuan menyemarakkan Hari Kebangkitan Nasional sekaligus sebagai motivasi bagi bangsa Indonesia untuk Bangkit.
“Refleksi 100 Tahun Kebangkitan Nasional” dilaksanakan di Menara 165 Jl. TB Simatupang Kav 1 Cilandak Timur, Jakarta Selatan.

Acara gerak jalan ESQ yang di targetkan akan dihadiri oleh kurang lebih 10.000 peserta ternyata diluar dugaan dihadiri oleh kurang lebih 20.000 orang dari seluruh indonesia dan dari beberapa negara.

Dari 20.000 orang yang hadir disana terdiri dari para Alumni training ESQ, Non Alumni ESQ, serta tokoh masyarakat. Juga hadir dalam kesempatan tersebut jajaran anggota kabinet antara lain Menteri Perindustrian Fahmi Idris, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Taufiq Effendy, Menteri Pemuda dan Olah raga Adhyaksa Dault, Ketua Umum PP Muhammadiyah Dien Syamsuddin, Wakil Ketua MPR AM Fatwa, serta Sekjen Partai Golkar Soemarsono, yang semuanya adalah alumni pelatihan SDM profesional itu.

Dalam acara ini peserta “Refleksi 100 Tahun Kebangkitan Nasional” tidak hanya berasal dari seluruh Indonesia, tapi juga berdatangan para alumni ESQ yang berasal dari Brunei Darussalam,Malaysia,dan Negara-negara eropa yang pernah menyelenggarakan training ESQ.

Acara ini dibuka oleh Mas Iman beserta mas Ridwan Mukri. Sebagai acara pembuka, para peserta diajak bersama menyanyikan lagu “demi matahari”

Kemudian dilanjutkan dengan ceramah dari Om Ary Ginanjar Agustian,yang berisi sebagai berikut:

“Kami, sekitar 20.000 orang di sini dari sekitar 500.000 seluruh alumni ESQ, mengikrarkan kembali keinginan untuk berpegang pada nilai moral yang kami sebut tujuh budi utama. Hal yang sama bisa juga dilakukan oleh segenap elemen bangsa ini,” kata Ary dalam acara yang juga dihadiri alumni ESQ dari Malaysia, Thailand, Singapura dan Brunei Darussalam itu.

Ary menambahkan ketika para pendiri bangsa berkumpul 100 tahun lalu, yang menjadi keutamaan di masyarakat saat itu adalah kebangsawanan. Setelah ternyata semua itu hanya delusi, keutamaan kemudian beralih kepada intelektualitas. Sesudah era itu berakhir, hedonisme berupa pemujaan akan kekuasaan dan kekayaan, sempat menjadi sesuatu yang dianggap utama.

“Kini, kesadaran kita semua menyatakan yang utama itu adalah manakala kita memegang nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerja sama, adil, serta peduli,” kata Ary.

Dia yakin bila nilai tersebut, yakni kejujuran, dipegang kuat seluruh elemen bangsa, maka Indonesia dapat segera melompat menjadi negara terkemuka.

Sementara itu, Menpora Adhyaksa menyatakan kekagumannya terhadap rangkaian acara yang berlangsung. Adhyaksa juga memberikan nilai tersendiri atas datangnya para alumni ESQ dari berbagai negara.

“Lihat, komitmen moral itu bahkan bisa meluruhkan ego antarbangsa. Seharusnya, dengan komitmen moral, egoisme kesukuan juga bisa kita luruhkan demi kebaikan.”

“Sudah selayaknya sebagai bangsa yang agamais tahu membedakan perbuatan baik yang harus ditingkatkan dan buruk yang harus ditinggalkan. Kalau semua anggota masyarakat mampu menerapkan tujuh Budi Utama maka kondisi negara kita tidak seperti saat ini,” ujarnya ketika membuka rangkaian kegiatan.

Hal senada juga diungkapkan Sugeng Mardyono, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang ikut memberikan sambutan pada kesempatan yang sama. “Kebangkitan nasional harus jadi momentum untuk bangkit dan menerapkan tujuh budi utama dalam kehidupan sehari-sehari, sehingga kita menjadi bangsa yang memiliki keimanan dan ketakwaan tinggi sekaligus menguasai ilmu dan tekhnologi,” ujarnya.

Ya itulah salah satu rangkaian acara dari ESQ LC pusat. Tentunya masih banyak kegiatan lainnya,termasuk di Balikpapan.

-Salam 165-


0 komentar:

dHaNa bHebeg's Fan Box

 
Copyright (c) 2010 Journal si bhebeg.